#MYKIREILIFESTYLE
#MYKIREILIFESTYLE | 9 June 2025
Mengapa Kita Berbelanja Secara Impulsif?
1. Sebagai Cara Atasi Stres/Coping Mechanism
Bagaimana Supaya Belanja Lebih Mindful?
1. Mengenali Trigger atau Pemicu
Ketika merasakan luapan emosi tertentu, ada sebagian orang yang meluapkannya dengan membeli barang-barang tertentu tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.
Saat sedih, misalnya, seseorang bisa bisa tiba-tiba membeli make up atau parfum agar merasa lebih baik. Saat marah atau merasa down, tiba-tiba membeli gadget baru untuk validasi diri. Saat sedang senang karena mencapai target/prestasi tertentu, bisa tiba-tiba mentraktir teman.
Situs kesehatan mental Psychology Today menyebut kebiasaan berbelanja secara impulsif ini sebagai emotional spending, yaitu membiarkan perasaan, seperti takut, panik, sedih, marah, dan rasa tidak aman mempengaruhi keputusan finansial.
Alhasil, seseorang jadi menghabiskan uang yang sebenarnya tidak ada dalam perencanaan/anggaran rutin. Uang yang sebenarnya bisa ditabung untuk kebutuhan yang lebih penting atau untuk mencapai target finansial tertentu pun hilang begitu saja. Kebiasaan ini juga bisa merusak cashflow, yaitu anggaran melenceng dari perencanaan sehingga di pertengahan bulan sudah kehabisan uang. Salah satu akibatnya lagi, kebiasaan ini juga bisa menciptakan hutang yang tidak perlu.
Menurut situs psikologi VeryWell Mind, kebiasaan belanja impulsif dapat terjadi karena seseorang membiarkan luapan emosi mengalahkan keinginan atau kemampuannya untuk membuat keputusan yang lebih rasional. Berikut alasan yang lebih detail mengapa kita berbelanja secara impulsif.
Berbelanja dapat menjadi solusi cepat dalam menghadapi stres akibat emosi negatif yang sedang kita rasakan. Menurut riset yang dimuat di situs kesehatan Cleveland Clinic, belanja melepaskan hormon dopamine yang menimbulkan rasa senang sehingga bisa mengubah mood negatif menjadi positif.
Ketika sedang merasa tidak berdaya, mengeluarkan uang dapat memulihkan perasaan memiliki kendali dan pengaruh atas keadaan di sekitar kita. Rasa memiliki kendali ini bisa memberikan suntikan rasa percaya diri yang menaikkan mood.
Saat berhasil meraih sesuatu, ada keinginan untuk merayakan dan memberi semacam reward terhadap diri sendiri. Selain itu, ada juga keinginan untuk berbagi kesenangan dengan orang lain sehingga jadi ingin mentraktir atau memberi hadiah ke orang lain.
Sebenarnya, sekali dua kali melakukan belanja impulsif dengan ketiga alasan di atas bukan hal yang salah. Yang menjadi isu adalah ketika hal tersebut menjadi kebiasaan terus-menerus yang membuat pengeluaran kita menjadi tidak terkendali.
Baca juga: Dukung Sustainable Fashion dengan Menjaga Pakaian Jadi Long Lasting
Konsep berbelanja lebih mindful adalah solusi untuk mengatasi kebiasaan belanja yang impulsif. Saat berbelanja dengan penuh kesadaran, maka seseorang mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan, bukan sekadar keinginan sesaat saja.
Berbelanja yang mindful juga mempertimbangkan prioritas barang yang benar-benar penting dan bermanfaat untuk jangka panjang. Selain itu, kita jadi lebih fokus menyiapkan uang untuk mencapai target finansial yang lebih besar dalam jangka panjang seperti rencana melanjutkan pendidikan, atau membeli rumah/mobil.
Berikut hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mendorong berbelanja yang lebih mindful agar hidup lebih tenang dan damai agar sesuai dengan gaya hidup yang lebih Kirei:
Saat tiba-tiba ingin membeli sesuatu, coba ambil jeda sejenak dan tanyakan kepada diri sendiri hal-hal seperti:
Apakah aku sedang merasakan luapan emosi yang lebih dari biasanya, entah itu sedih, marah, kecewa atau senang?
Apakah membeli barang ini akan membuat emosi tersebut hilang sesaat saja atau untuk jangka panjang?
Apakah aku benar-benar membutuhkan barang ini?
Apakah ada alokasi budget untuk pembelian barang ini?
Saat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, biasanya kecenderungan impulsif akan dihadapkan pada pikiran yang lebih rasional sehingga dapat mempengaruhi keputusan jadi membeli atau tidak.
Pergi ke gunung/pantai
Curhat ke teman
Makan cokelat
RECOMMENDATION
PODCAST