facebook

LOVE YOUR MIND

ticket

Kurangi Stres Moms, Pahami Kenapa Anak GTM dan Cara Mengatasinya

GTM (Gerakan Tutup Mulut) pada anak bisa bikin Moms khawatir karena ada risiko pertambahan berat badan yang melambat. Mengapa anak bisa GTM?

Gerakan Tutup Mulut (GTM) jadi salah satu tantangan saat Moms mulai memberikan MPASI kepada si Kecil. Akibat kekurangan asupan nutrisi yang dibutuhkan, target pertumbuhan sesuai usianya pun berisiko tidak tercapai. Ini membuatnya jadi lebih berisiko mengalami stunting. Jangan sampai ini terjadi, ya, Moms!

Saat si Kecil sudah mulai menunjukkan tanda-tanda GTM, Moms butuh strategi yang tepat agar tidak berlarut-larut. Kenali dulu apa saja penyebab anak sering GTM saat makan dan coba trik mengatasinya berikut ini.

1. Bosan

Moms pernah merasa bosan saat mempersiapkan menu MPASI yang itu-itu saja? Bisa jadi si Kecil juga merasakan hal yang sama, lho. Saat mulai makan adalah saat-saat penting ia terpapar dengan beragam jenis makanan. Jadi, perkenalkan sebanyak mungkin jenis makanan pada si Kecil.

Ada Moms yang berpengalaman memberikan makanan A yang ditolak 2-3 kali oleh si Kecil, kemudian berhenti. Padahal, makanan baru sebaiknya diperkenalkan sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan 10 atau lebih paparan dibutuhkan untuk meningkatkan penerimaan terhadap makanan pada anak usia 2 tahun, sedangkan untuk anak usia 4-5 tahun dibutuhkan 8 sampai 15 kali paparan. Jadi, jangan cepat menyerah, Moms!

Variasi makanan juga bisa dicoba lewat metode food chaining yaitu menyajikan makanan dengan bahan dasar sama, namun beda olahan dalam rentang waktu tertentu. Contohnya, di awal Moms memberikan french fries (bahan dasar kentang), namun ingin memperkenalkan pie kentang daging yang lebih sehat dan bergizi. Lakukan food chaining dengan porsi 75% makanan lama vs 25% makanan baru, kemudian lama-lama berangsur menjadi 25%-75% atau bahkan menjadi 0%-100% dalam rentang waktu misalnya 1 bulan. 

Selain bosan dengan makanan, bisa jadi si Kecil juga bosan dengan proses dan durasi makan yang terlalu lama. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan waktu makan anak sebanyaknya 30 menit saja. Kalau anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan

mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa. Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.

2. Tidak/Belum Lapar

Anak semangat mulai MPASI bukan berarti harus diberi makan terus-menerus. Tetap ada jadwal makan teratur anak yang harus dipatuhi, yaitu 3x makanan utama dan 2x makanan selingan. Hindari jadwal makan yang berdekatan dengan pemberian ASI atau makanan selingan. Berikan jeda sekitar 2 jam antara jadwal makan utama dengan pemberian ASI atau makan selingan agar anak sudah memasuki kondisi lapar saat tiba waktu makan utama. Hanya berikan air putih saat makan, ya, Moms.

3. Trauma Makanan Tertentu

Saat si Kecil memulai MPASI, jangan lupa memberikan makanan dengan tekstur sesuai usianya. Ini berhubungan dengan kemampuan oromotor bayi yang masih dalam tahap perkembangan yaitu dasar ketrampilan makan yang meliputi gerakan dan koordinasi organ dalam mulutnya seperti rahang, gigi, lidah, langit-langit dan bibir dan pipi. 

Untuk usia 6-9 bulan, teksturnya adalah bubur kental-lumat halus, lalu tekstur cincang halus-cincang kasar untuk usia 9-12 bulan dan finger food atau makanan keluarga untuk anak di atas 1 tahun. Tekstur makan sebelum waktunya bisa membuat bayi tidak mampu menyantap makanan tersebut dan menimbulkan trauma, seperti tersedak, misalnya. 

4. Praktik Pemberian Makan yang Kurang Tepat

Ini berhubungan dengan interaksi antara si Kecil dan yang memberikan makan (bisa orang tua atau pengasuh). Tidak disarankan untuk memaksa anak saat makan atau bahkan memarahinya saat ia tidak mau makan. Saat anak tidak mau makan, berikan makanan secara netral tanpa paksaan. Kalau ia tetap menolak, akhiri proses makan. 

Tidak pula disarankan memberikan makanan sebagai imbalan atau juga memberikan imbalan jika si anak mau makan. Ini akan membiasakan anak untuk mengasosiasikan makanan dengan imbalan yang akan mengganggu proses alami anak dalam mengatur pola makannya di kemudian hari.

Sebaiknya tidak membiasakan anak untuk terdistraksi saat makan (dengan TV, gadget, mainan) atau sambil melakukan aktivitas lain seperti jalan-jalan di sekitar rumah. Kebiasaan ini bisa membuat anak tidak mau makan kalau tidak ada/tidak melakukan hal-hal tersebut.

0 comments
Newest
Newest
Oldest

PODCAST

Kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman Anda pada situs web kami, mempersonalisasi konten dan iklan, serta menganalisis lalu lintas kami. Kami juga membagikan informasi tentang penggunaan Anda atas situs web kami dengan mitra periklanan dan analitik kami, yang dapat menggabungkannya dengan informasi lain yang telah Anda berikan kepada mereka atau yang telah mereka kumpulkan dari penggunaan Anda atas layanan mereka. Silakan klik Accept All Cookies jika Anda setuju dengan penggunaan semua cookies kami. Silakan klik Cookies Setting untuk menyesuaikan pengaturan cookies Anda di situs web kami. Anda dapat mengelola pengaturan cookie dengan mengeklik tautan Kebijakan Privasi di footer.
Pengaturan Cookies: